Jakarta – Buku Saatnya Aku Belajar Pacaran menjadi perbincangan belakangan ini. Buku ini menuai kontroversi karena isinya dinilai berbau negatif dan tidak pantas dibaca kalangan anak dan remaja.
“Sebetulnya, wajar kok kalo pacar ngajak kamu ML. Wajar juga kalo kamu ngajak pacarmu ML. Hal itu kan alamiah-naluriah. Jadi, itu justru pertanda kalo kamu dan/atau pacarmu masih punya energi buat terlibat dalam proses reproduksi, yang memang sewajarnya dimiliki oleh tiap makhluk hidup,” begitu penggalan tulisan dalam buku Saatnya Aku Belajar Pacaran.
Mungkin Anda bertanya, siapa penulis buku tersebut? Dia adalah Toge Aprilianto, penulis buku motivator remaja. Beberapa buku yang pernah ia terbitkan di antaranya Kudidik Diriku Demi Mendidik Anakku, Kurangkul Diriku Demi Merangkul Bahagiaku, Saatnya Melatih Anakku Berpikir, dan Saatnya Aku Belajar Pacaran.
Buku Saatnya Aku Belajar Pacaran diterbitkan pada 2010 lalu. Berarti buku yang menghebohkan ini telah beredar selama empat tahun. Lantas kenapa baru sekarang isi buku tersebut terkuak?
Selain aktif menulis, Toge juga kerap memberikan materi dan mendatangi sekolah-sekolah. Belum lama ini, Toge hadir dalam dialog interaktif “Saatnya Aku Menikmati Sekolah” untuk siswa SMP YPS Singkole, Sorowako, pada Senin, 2 Februari 2015.
Fadli Herman, salah satu guru bahasa Indonesia SMP YPS Singkole, mengungkapkan, dalam dialog tersebut, Toge tidak membahas soal hubungan badan, tetapi memberikan motivasi semangat belajar kepada siswa SMP Singkole. “Toge membahas semangat belajar, pertemanan, dan persahabatan. Namun kemudian yang jadi masalah ketika ia membagikan enam buku secara door prize kepada siswa yang bertanya,” kata Fadli kepada Tempo, Kamis, 5 Februari 2015.
Sementara acara masih berlangsung, salah satu guru membaca buku Saatnya Aku Belajar Pacaran dan menemukan keganjilan dalam pemaparan buku tersebut. Fadli mengatakan pihak sekolah pun membicarakan buku tersebut dengan IKVI (Ikatan Keluarga Vale Indonesia) selaku fasilitator acara dan mendatangkan Toge. Pihak sekolah dan IKVI pun menarik kembali buku tersebut.
“Ini jelas tidak layak dibaca. Penulis mencoba menginfiltrasi konsep anak dalam menjalin relasi yang selama ini dibangun dan tak terpisahkan dengan keyakinan agama,” kata Fadli.
Lebih lanjut, Fadli menegaskan, penggalan “Wajar juga kalo kamu ngajak pacarmu ML. Hal itu kan alamiah-naluriah” yang ditulis pada bab 6 “Pacar Ngajak ML” justru akan merusak moral dalam pendidikan religius yang selama ini diterima oleh siswa.